Tugas Bahasa Indonesia
Hakikat Bahasa dan Bunyi Bahasa sebagai Wahana Interaksi Sosial
Disusun Oleh :
Febrianti Ananda
KATA
PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan taufiq-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”HAKIKAT BAHASA DAN BUNYI BAHASA
SEBAGAI WAHANA INTERAKSI SOSIAL” Shalawat dan taslim penulis haturkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para umatnya
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya, meskipun
telah mengupayakan semaksimal mungkin untuk menyempurnakan kualitas isi yang
disajikan, namun masih banyak kekurangan-kekurangan yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis senantiasa memohon ridho Allah SWT serta
sangat mengharapkan bimbingan dari berbagai pihak, kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................…..……………..1
DAFTAR ISI...................................................................................…….……….….2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................……...…………3
A.
Latar Belakang............................................................………………….3
B.
Rumusan Masalah...................................................................………...3
C.
Tujuan Penulisan....................................................................…….…...3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................….......……….4
A.
Hakikat Bahasa
Indonesia...................................................……….......4
B.
Bunyi Bahasa Sebagai
Interaksi Sosial…………………......……….......9
C.
Bahasa dan Aspek-aspek
Sosial…………………………...………........13
BAB III PENUTUP.........................................................................……...……...…16
A.
Kesimpulan..............................................................................…….….16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................…….……....17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa Indonesia
adalah bahasa persatuan Republik Indonesia. Bahasa persatuan adalah bahasa yang
berfungsi mempersatukan semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Bahasa
Indonesia itu sendiri adalah bahasa resmi, dan bahasa pertama yang digunakan,
selain bahasa daerah. Seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Dalam
berkomunikasi seluruh rakyat negara Indonesia menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Dalam menggunakan bahasa Indonesia kita semua harus tahu
tata cara berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai di atas, maka dalam penulisan
makalah diatas dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah hakikat bahasa Indonesia itu?
2.
Apa saja kegunaan
bahasa sebagai wahana interaksi sosial?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini selain
digunakan untuk menyelesaikan tugas bahasa Indonesia juga memiliki tujuan yang
ditujukan kepada pembaca yaitu:
1.
Menjelaskan mengenai hakikat bahasa Indonesia.
2.
Menjelaskan bunyi
bahasa Indonesia sebagai wahana interaksi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa
Indonesia
Oleh K. D. Pagelaran Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste,
Bahasa Indonesia adalah bahasa kerja (working language).
Seperti kata pepatah "Bahasa menunjukkan bangsa", maka penggunaan
bahasa Indonesia oleh masyarakat Indonesia saat ini mencerminkan sikap bangsa
Indonesia yang enggan bertanggung jawab, makin tidak mengenal tata krama, dan
miskin imajinasi.
Bahasa adalah kesatuan perkataan beserta sistem penggunaannya yang berlaku
umum dalam pergaulan antar anggota suatu masyarakat atau bangsa. Masyarakat
atau bangsa merupakan sekelompok manusia atau komunitas dengan kesamaan letak
geografi, kesamaan budaya, dan kesamaan tradisi. Dengan demikian, selain
memiliki fungsi utama sebagai wahana berkomunikasi, bahasa juga memiliki peran
sebagai alat ekspresi budaya yang mencerminkan bangsa penuturnya. Kecakapan
berbahasa suatu bangsa mencerminkan budaya bangsa yang terwujud dalam sikap
berbahasa itu sendiri. Sikap berbahasa yang dilandasi oleh kesadaran berbahasa
akan membangun rasa cinta, bangga, dan setia terhadap bahasa dan terhadap
bangsa.
Dengan demikian, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang menjadi wahana komunikasi dan alat
ekspresi budaya yang mencerminkan eksistensi bangsa Indonesia. Pengembangan
sikap berbahasa yang mencakup kemahiran berbahasa Indonesia dalam wadah
pendidikan formal (sekolah) dilaksanakan melalui mata pelajaran atau mata
kuliah Bahasa Indonesia. Dengan demikian hakekat pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah pembelajaran untuk menjadikan peserta didik memiliki kemahiran berbahasa
Indonesia baik dalam berkomunikasi lisan maupun tertulis yang mencerminkan
kesadaran berbahasa sebagai bangsa Indonesia yang telah menetapkan bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Negara.
Kemahiran berbahasa Indonesia harus selalu diupayakan oleh seluruh penuturnya
agar memiliki sikap berbahasa yang positif. Sikap berbahasa positif itu akan
membawa sikap setia, bangga, dan cinta kepada bahasa Indonesia. Dengan
demikian, bahasa Indonesia dapat memenuhi fungsi luhurnya sebagai alat
pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa, mungkin lebih
efektif dibandingkan alat-alat pemersatu yang lain, karena dengan bahasa
berarti komunikasi dan saling pengertian antar warga bangsa dapat terwujud.
Maka dari itu janganlah sekali-kali melecehkan bahasa Indonesia dalam aktivitas
apa pun.
·
Bahasa
meliputi dua bidang yaitu :
a. bunyi yang
dihasilkan oleh alat-alat ucap yaitu getaran yang bersifat fisik yang merangsang
alat pendengaran kita.
b. arti atau makna
adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi
itu.
·
Setiap
struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula.
·
Bahasa sebagai
alat komunikasi mengandung beberapa sifat :
a. Sistematik: yaitu
bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh
pemakainya.
b. Mana suka: karena
unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar, tidak ada hubungan logis
antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Pilihan suatu kata disebut kursi,
meja, guru, murid dan lain-lain ditentukan bukan atas dasar kriteria atau
standar tertentu, melainkan secara mana suka.
c. Ujar: bentuk dasar bahasa adalah ujaran,
karena media bahasa terpenting adalah bunyi.
d. Manusiawi: karena
bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk
lainnya.
e. Komunikatif:
karena fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara
anggota-anggota masyarakat.
Hakikat bahasa sama pengertiannya dengan ciri atau sifat hakiki terhadap bahasa.Chaer (1994:33) mengemukakan hakikat bahasa itu di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bahasa
sebagai sistem
Kata
sistem dalam keilmuan dapat dipahami sebagai susunan yang teratur,
berpola, membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola,
memiliki makna dan fungsi. Sistematis diartikan pula bahwa bahasa itu tersusun
menurut suatu pola, tidak tersusun acak. Karenanya, sebagai sebuah sitem,
bahasa juga sistemik. Sistematik atau sistematis maksudnya bahasa itu bukan
merupakan sistem tunggal, tetapi juga terdiri atas sub-subsistem atau sistem
bawahan. Di sini dapat disebutkan subsistem-subsistem itu antara lain; subsistem
fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik.
Maka, sebagai sebuah sistem, bahasa berfungsi untuk memilah kajian morfologi,
fonologi, sintaksi, dan semantik.
2. Bahasa
itu berwujud lambang
Ungkapan
lambang tentu sudah sering kita dengar, semisal ungkapan “merah lambang berani
dan putih lambang suci”. Dalam bidang ilmu, istilah lambang berada dalam kajian
semiotika atau semiologi. Bahasa sebagai lambang, di dalamnya ada
tanda, sinyal, gejala, gerak isyarat, kode, indeks, dan ikon. Lambang sendiri
sering disamakan dengan simbol. Dengan demikian, bahasa sebagai lambang artinya
memiliki simbol untuk menyampaikan pesan kepada lawan tutur. Ia berfungsi untuk
menegaskan bahasa yang hendak disampaikan.
3. Bahasa
itu adalah bunyi
Kata
bunyi berbeda dengan kata suara. Menurut Kridaklaksana (1983:27)
bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagai akibat dari gendang telinga yang
bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Karena itu, banyak
ahli menyatakan bahwa yang disebut bahasa itu adalah yang sifatnya primer,
dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi. Dengan demikian, bahasa tulis adalah
bahasa skunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa lisan, yang apabila
dibacakan/dilafalkan tetap melahirkan bunyi juga. Sebagai bunyi, bahasa
berfungsi untuk menyampaikan pesan lambang dari kebahasaan sebagaimana
disebutkan di atas bahwa bahasa juga bersifat lambang.
4. Bahasa
itu bermakna
Bahasa
sebagai suatu hal yang bermakna erat kaitannya dengan sistem lambang bunyi.
Oleh sebab bahasa itu dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu konsep, suatu
ide, atau suatu pikiran, yang hendak disampaikan melalui wujud bunyi tersebut,
maka bahasa itu dapat dikatakan memiliki makna. Lambang bunyi bahasa yang
bermakna itu, dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
5. Bahasa
itu arbitrer
Arbitrer
dapat diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Arbitrer
diartikan pula dengan tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang
berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang
tersebut. Hal ini berfungsi untuk memudahkan orang dalam melakukan tindakan
kebahasaan.
6. Bahasa
itu unik
Bahasa
dikatakan memiliki sifat yang unik karena setiap bahasa memiliki ciri khas
sendiri yang dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini
menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat
dan sistem-sistem lainnya. Di antara keunikan yang dimiliki bahasa bahwa
tekanan kata bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Bahasa bersfiat unik
berfungsi untuk membedakan antara bahasa yang satu dengan lainnya.
7. Bahasa
itu universal
Selain
unik dengan ciri-ciri khas tersendiri, setiap bahasa juga dimungkinkan memiliki
ciri yang sama untuk beberapa kategori. Hal ini bisa dilihat pada fungsi dan
beberapa sifat bahasa. Karena bahasa itu bersifta ujaran, ciri yang paling umum
dimiliki oleh setiap bahasa itu adalah memiliki vokal dan konsonan. Namun,
beberapa vokal dan konsonan pada setiap bahasa tidak selamanya menjadi
persoalan keunikan. Bahasa Indonesia misalnya, memiliki 6 buah vokal dan 22
konsonan, tetapi bahasa Arab memiliki 3 buah vokal pendek, 3 buah vokal
panjang, serta 28 konsonan (Al-Khuli, 1982:321). Oleh sifatnya yang universal
ini, bahasa memiliki fungsi yang sangat umum dan menyeluruh dalam tindakan
komunikasi.
8. Bahasa
itu manusiawi
Bahasa
yang manusiawi adalah bahasa yang lahir alami oleh manusia penutur bahasa dimaksud.
Hal ini karena pada binatang belum tentu ada bahasa meskipun binatang dapat
berkomunikasi. Sifat ini memiliki fungsi sebagai citra bahasa adalah sangat
baik dalam komunikasi.
9. Bahasa
itu bervariasi
Setiap
masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa Aceh
misalnya, antara penutur bahasa Aceh bagi masyarakat Aceh Barat dengan
masyarakat Aceh di Aceh Utara memiliki variasi. Variasi bahasa dapat terjadi
secara idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, dan fungsiolek.
10. Bahasa
itu dinamis
Hampir
di setiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan, dalam bermimpi
pun, manusia menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan manusia sering
berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir
manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang
dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan
terus berubah mengikuti kebutuhan dan tuntutan pemakai bahasa.
B.
Bunyi
Bahasa Sebagai Wahana Interaksi Sosial
a. Bahasa
sebagai alat ekspresi diri
Pada awalnya, seorang anak
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada
sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak
tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya,
melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah
kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun
untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui
tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri
seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu
tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sebagai contoh lainnya, tulisan kita
dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita
menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi
hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain
atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita
mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara
berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara
berbahasa kita kepada teman kita.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai
alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan
atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak
sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi
ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk
berkomunikasi.
Sebagai alat untuk menyatakan
ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di
dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita.
Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-
Agar
menarik perhatian orang lain terhadap kita,
-
Keinginan
untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Pada
taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai
alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).
b. Bahasa
sebagai alat Komunikasi.
Komunikasi merupakan akibat yang
lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi
diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula
kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa
depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin
dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima
oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita
ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli
hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak
sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang
kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar
istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami
oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas
lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih
sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata
lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena
bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi
nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri
dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan
identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita,
pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan
kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa
maupun sebagai diri sendiri.
c. Bahasa
sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu
unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman
mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta
belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat
hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat
komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat
dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk
memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi
(pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf,
1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi
sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi
sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan
memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang
kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda.
Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa
asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa
tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu,
kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa
Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau
Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di
dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata
kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa
asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya
bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah
berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
d. Bahasa
sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa
sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau
kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan
disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah
satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan
contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi
ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti
diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan
layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan
bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang
memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru,
perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak
dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat
kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa
marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan
rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk
tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang
dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
C. Bahasa dan Aspek-aspek Sosial
1.
Bahasa Sebagai Alat
Komunikasi Poltik.
Salah
satu system isyarat yang paling penting bagi anusia adalah Bahasa (Littlejohn,
1996). Dalam bahasa, isyarat terdiri dari pengelompokan sesuatu yang memeiliki
makna susara-suara di dombinasikan ke dalam frase-frase, kalusa-klausa dan
kalimat-kalimat, yang menunjukan objek. Baasa sebagai alata komunikasi, pada
hakekatnya bersifat netral (heryanto, 1989), tetapi dapat di gunakan pa tempat
yang bersifat baik, dan tidak baik. Bahasa menjadi makna yang salah jika
pengertian yang kabur tidak bisa di batasi penggunaanya, terutama terjadi
antara penguasa da n masyarakatnya. Bahkan dalam segala hal penguasa akan mengaburkan
fakta yang tidak menyenangkan masyarakatnya. Sebagai contoh penguasa yang tidak
datang pada pertemuan penting yang telah di tentukan jadwalnya, penguasa tidak
akan mengatakan kesalahannya secara langsung “Saya Bersalah” tapi akan
mengatakan, “maaf saya alfa, khilaf” (lubis, 1989). Oleh karena itu bahasa
merupakan faktor determinan dalam kontaksi sosial bermarsyarakat.
Bahasa memebentuk
suatu ikatan sosial melalaui interaksi dan proses saling mempengaruhi
penggunanya.terkait dengan bahasa Indonesia, pada jaman penjajahan
jepang,pengarahan tenaga kerja bangsa Indonesia membuat bangsa jepang harus
berbahasa Indonesia untuk propaganda dengan mencapai tujuan dengan cepat.
Akibat yang di timbulkan dari itu adalah tersebarnya bahasa Indonesia ke seluruh
penjuru Indonesia, pulau-pulau dan desa-desa di pegunungan terpencil dengan
cepat.
2.
Bahasa
dan Budaya.
Bahasa juga merupakan
sarana komunikasi budaya yang penting karena menggambarkan kebudayaan pemakai
bahasa tersebut dan membudidayakannya melalaui penggunaanya. Apapun tradisi,
apapun reaksi, apapun hasil kebudayaan yang kita miliki, dapat degera punah dan
dan berganti. Bahasa memiliki durasi yang jauh lebih panjang jika di bandingkan
dengan produk-produk lainnya. Dengan bahasalah suatu bangsa mengemukakan dan
menemukan seluruh harapan, obsesi/mimpi, kenyataan, kekuatan, maupun
prote-protesnya dalam kehidupan, sehingga bahasa menjadi vital dalam hidup kit.
Bahkan kini menjadi senjata bagi kita karna dapatmenentukan bahkan menguasai
seseorang atau sebuah bangsa, hanya dengan berkomunikasi dengan haasa.
Untuk
melihat bahasa sebagai alat, kita harus menyugesti
diri bahwa kita melakukan segala hal dengan
bahasa. Bahasa adalah tindakan dan pembimbing menuju tindakan
itu. Bahasa dalam konteks penggunaan sosialnya dapat secara
temporer ditetapkan untuk tujuan-tujuan praktis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat Bahasa Indonesia adalah kemahiran berbahasa Indonesia
baik dalam berkomunikasi lisan maupun tertulis yang mencerminkan kesadaran
berbahasa sebagai bangsa Indonesia yang telah menetapkan bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Negara.
Bahasa
adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah hal yang terpenting di dalam
hidup dan bersosial. Karena bahasa manusia dalam mengekspresikan mimpi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar