Kamis, 19 Januari 2017

Makalah Hakikat Bahasa dan Bunyi Bahasa sebagai Wahana Interaksi Sosial


Tugas Bahasa Indonesia
Hakikat Bahasa dan Bunyi Bahasa sebagai Wahana Interaksi Sosial









Disusun Oleh :
Febrianti Ananda 




KATA PENGANTAR
            Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”HAKIKAT BAHASA DAN BUNYI BAHASA SEBAGAI WAHANA INTERAKSI SOSIAL” Shalawat dan taslim penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para umatnya hingga akhir zaman.
            Penulis menyadari sepenuhnya, meskipun telah mengupayakan semaksimal mungkin untuk menyempurnakan kualitas isi yang disajikan, namun masih banyak kekurangan-kekurangan yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis senantiasa memohon ridho Allah SWT serta sangat mengharapkan bimbingan dari berbagai pihak, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................…..……………..1
 DAFTAR ISI...................................................................................…….……….….2
 BAB I PENDAHULUAN.................................................................……...…………3
A.      Latar Belakang............................................................………………….3
B.     Rumusan Masalah...................................................................………...3
C.     Tujuan Penulisan....................................................................…….…...3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................….......……….4
A.     Hakikat Bahasa Indonesia...................................................……….......4
B.     Bunyi Bahasa Sebagai Interaksi Sosial…………………......……….......9
C.     Bahasa dan Aspek-aspek Sosial…………………………...………........13
BAB III PENUTUP.........................................................................……...……...…16
A.     Kesimpulan..............................................................................…….….16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................…….……....17



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang
Bahasa  Indonesia adalah bahasa persatuan Republik Indonesia. Bahasa persatuan adalah bahasa yang berfungsi mempersatukan semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia itu sendiri adalah bahasa resmi, dan bahasa pertama yang digunakan, selain bahasa daerah. Seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Dalam berkomunikasi seluruh rakyat negara Indonesia menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dalam menggunakan bahasa Indonesia kita semua harus tahu tata cara berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai di atas, maka dalam penulisan makalah diatas dirumuskan sebagai berikut :
1.         Apakah hakikat bahasa Indonesia itu?
2.         Apa saja kegunaan bahasa sebagai wahana interaksi sosial?
  
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas bahasa Indonesia juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca yaitu:
1.         Menjelaskan mengenai hakikat bahasa Indonesia.
2.         Menjelaskan bunyi bahasa Indonesia sebagai wahana interaksi sosial.




BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakikat Bahasa Indonesia
Oleh K. D. Pagelaran Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia adalah bahasa kerja (working language).
Seperti kata pepatah "Bahasa menunjukkan bangsa", maka penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat Indonesia saat ini mencerminkan sikap bangsa Indonesia yang enggan bertanggung jawab, makin tidak mengenal tata krama, dan miskin imajinasi.
Bahasa adalah kesatuan perkataan beserta sistem penggunaannya yang berlaku umum dalam pergaulan antar anggota suatu masyarakat atau bangsa. Masyarakat atau bangsa merupakan sekelompok manusia atau komunitas dengan kesamaan letak geografi, kesamaan budaya, dan kesamaan tradisi. Dengan demikian, selain memiliki fungsi utama sebagai wahana berkomunikasi, bahasa juga memiliki peran sebagai alat ekspresi budaya yang mencerminkan bangsa penuturnya. Kecakapan berbahasa suatu bangsa mencerminkan budaya bangsa yang terwujud dalam sikap berbahasa itu sendiri. Sikap berbahasa yang dilandasi oleh kesadaran berbahasa akan membangun rasa cinta, bangga, dan setia terhadap bahasa dan terhadap bangsa.
Dengan demikian, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang menjadi wahana komunikasi dan alat ekspresi budaya yang mencerminkan eksistensi bangsa Indonesia. Pengembangan sikap berbahasa yang mencakup kemahiran berbahasa Indonesia dalam wadah pendidikan formal (sekolah) dilaksanakan melalui mata pelajaran atau mata kuliah Bahasa Indonesia. Dengan demikian hakekat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran untuk menjadikan peserta didik memiliki kemahiran berbahasa Indonesia baik dalam berkomunikasi lisan maupun tertulis yang mencerminkan kesadaran berbahasa sebagai bangsa Indonesia yang telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara.
Kemahiran berbahasa Indonesia harus selalu diupayakan oleh seluruh penuturnya agar memiliki sikap berbahasa yang positif. Sikap berbahasa positif itu akan membawa sikap setia, bangga, dan cinta kepada bahasa Indonesia. Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat memenuhi fungsi luhurnya sebagai alat pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa, mungkin lebih efektif dibandingkan alat-alat pemersatu yang lain, karena dengan bahasa berarti komunikasi dan saling pengertian antar warga bangsa dapat terwujud. Maka dari itu janganlah sekali-kali melecehkan bahasa Indonesia dalam aktivitas apa pun.
·        Bahasa meliputi dua bidang yaitu :
a. bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap yaitu getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengaran kita.
b. arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu.
·        Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula.
·        Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat :
a. Sistematik: yaitu bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya.
b. Mana suka: karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar, tidak ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Pilihan suatu kata disebut kursi, meja, guru, murid dan lain-lain ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka.
c.  Ujar: bentuk dasar bahasa adalah ujaran, karena media bahasa terpenting adalah bunyi.
d. Manusiawi: karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya.
e. Komunikatif: karena fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara anggota-anggota masyarakat.

               Hakikat bahasa sama pengertiannya dengan ciri atau sifat hakiki terhadap bahasa.Chaer (1994:33) mengemukakan hakikat bahasa itu di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Bahasa sebagai sistem
Kata sistem dalam keilmuan dapat dipahami sebagai susunan yang teratur, berpola, membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola, memiliki makna dan fungsi. Sistematis diartikan pula bahwa bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun acak. Karenanya, sebagai sebuah sitem, bahasa juga sistemik. Sistematik atau sistematis maksudnya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi juga terdiri atas sub-subsistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan subsistem-subsistem itu antara lain; subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik. Maka, sebagai sebuah sistem, bahasa berfungsi untuk memilah kajian morfologi, fonologi, sintaksi, dan semantik.

2.      Bahasa itu berwujud lambang
Ungkapan lambang tentu sudah sering kita dengar, semisal ungkapan “merah lambang berani dan putih lambang suci”. Dalam bidang ilmu, istilah lambang berada dalam kajian semiotika atau semiologi. Bahasa sebagai lambang, di dalamnya ada tanda, sinyal, gejala, gerak isyarat, kode, indeks, dan ikon. Lambang sendiri sering disamakan dengan simbol. Dengan demikian, bahasa sebagai lambang artinya memiliki simbol untuk menyampaikan pesan kepada lawan tutur. Ia berfungsi untuk menegaskan bahasa yang hendak disampaikan.

3.      Bahasa itu adalah bunyi
Kata bunyi berbeda dengan kata suara. Menurut Kridaklaksana (1983:27) bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagai akibat dari gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Karena itu, banyak ahli menyatakan bahwa yang disebut bahasa itu adalah yang sifatnya primer, dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi. Dengan demikian, bahasa tulis adalah bahasa skunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa lisan, yang apabila dibacakan/dilafalkan tetap melahirkan bunyi juga. Sebagai bunyi, bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan lambang dari kebahasaan sebagaimana disebutkan di atas bahwa bahasa juga bersifat lambang.

4.      Bahasa itu bermakna
Bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat kaitannya dengan sistem lambang bunyi. Oleh sebab bahasa itu dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran, yang hendak disampaikan melalui wujud bunyi tersebut, maka bahasa itu dapat dikatakan memiliki makna. Lambang bunyi bahasa yang bermakna itu, dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

5.      Bahasa itu arbitrer
Arbitrer dapat diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Arbitrer diartikan pula dengan tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Hal ini berfungsi untuk memudahkan orang dalam melakukan tindakan kebahasaan.

6.      Bahasa itu unik
Bahasa dikatakan memiliki sifat yang unik karena setiap bahasa memiliki ciri khas sendiri yang dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat dan sistem-sistem lainnya. Di antara keunikan yang dimiliki bahasa bahwa tekanan kata bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Bahasa bersfiat unik berfungsi untuk membedakan antara bahasa yang satu dengan lainnya.

7.      Bahasa itu universal
Selain unik dengan ciri-ciri khas tersendiri, setiap bahasa juga dimungkinkan memiliki ciri yang sama untuk beberapa kategori. Hal ini bisa dilihat pada fungsi dan beberapa sifat bahasa. Karena bahasa itu bersifta ujaran, ciri yang paling umum dimiliki oleh setiap bahasa itu adalah memiliki vokal dan konsonan. Namun, beberapa vokal dan konsonan pada setiap bahasa tidak selamanya menjadi persoalan keunikan. Bahasa Indonesia misalnya, memiliki 6 buah vokal dan 22 konsonan, tetapi bahasa Arab memiliki 3 buah vokal pendek, 3 buah vokal panjang, serta 28 konsonan (Al-Khuli, 1982:321). Oleh sifatnya yang universal ini, bahasa memiliki fungsi yang sangat umum dan menyeluruh dalam tindakan komunikasi.

8.      Bahasa itu manusiawi
Bahasa yang manusiawi adalah bahasa yang lahir alami oleh manusia penutur bahasa dimaksud. Hal ini karena pada binatang belum tentu ada bahasa meskipun binatang dapat berkomunikasi. Sifat ini memiliki fungsi sebagai citra bahasa adalah sangat baik dalam komunikasi.

9.      Bahasa itu bervariasi
Setiap masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa Aceh misalnya, antara penutur bahasa Aceh bagi masyarakat Aceh Barat dengan masyarakat Aceh di Aceh Utara memiliki variasi. Variasi bahasa dapat terjadi secara idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, dan fungsiolek.

10. Bahasa itu dinamis
Hampir di setiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan, dalam bermimpi pun, manusia menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan manusia sering berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan terus berubah mengikuti kebutuhan dan tuntutan pemakai bahasa.

B.     Bunyi Bahasa Sebagai Wahana Interaksi Sosial
a.      Bahasa sebagai alat ekspresi diri
            Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.
            Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku,  merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.
            Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
            Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-          Agar menarik perhatian orang  lain terhadap kita,
-          Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
                        Pada taraf  permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang  sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).

b.      Bahasa sebagai alat Komunikasi.
            Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.
            Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
            Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
            Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
            Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

c.      Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
            Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
            Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
            Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

d.      Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
            Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
            Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
            Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

C.     Bahasa dan Aspek-aspek Sosial
1.         Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Poltik.
Salah satu system isyarat yang paling penting bagi anusia adalah Bahasa (Littlejohn, 1996). Dalam bahasa, isyarat terdiri dari pengelompokan sesuatu yang memeiliki makna susara-suara di dombinasikan ke dalam frase-frase, kalusa-klausa dan kalimat-kalimat, yang menunjukan objek. Baasa sebagai alata komunikasi, pada hakekatnya bersifat netral (heryanto, 1989), tetapi dapat di gunakan pa tempat yang bersifat baik, dan tidak baik. Bahasa menjadi makna yang salah jika pengertian yang kabur tidak bisa di batasi penggunaanya, terutama terjadi antara penguasa da n masyarakatnya. Bahkan dalam segala hal penguasa akan mengaburkan fakta yang tidak menyenangkan masyarakatnya. Sebagai contoh penguasa yang tidak datang pada pertemuan penting yang telah di tentukan jadwalnya, penguasa tidak akan mengatakan  kesalahannya secara langsung “Saya Bersalah” tapi akan mengatakan, “maaf saya alfa, khilaf” (lubis, 1989). Oleh karena itu bahasa merupakan faktor determinan dalam kontaksi sosial bermarsyarakat.
Bahasa memebentuk suatu ikatan sosial melalaui interaksi dan proses saling mempengaruhi penggunanya.terkait dengan bahasa Indonesia, pada jaman penjajahan jepang,pengarahan tenaga kerja bangsa Indonesia membuat bangsa jepang harus berbahasa Indonesia untuk propaganda dengan mencapai tujuan dengan cepat. Akibat yang di timbulkan dari itu adalah tersebarnya bahasa Indonesia ke seluruh penjuru Indonesia, pulau-pulau dan desa-desa di pegunungan terpencil dengan cepat.

2.      Bahasa dan Budaya.
Bahasa juga merupakan sarana komunikasi budaya yang penting karena menggambarkan kebudayaan pemakai bahasa tersebut dan membudidayakannya melalaui penggunaanya. Apapun tradisi, apapun reaksi, apapun hasil kebudayaan yang kita miliki, dapat degera punah dan dan berganti. Bahasa memiliki durasi yang jauh lebih panjang jika di bandingkan dengan produk-produk lainnya. Dengan bahasalah suatu bangsa mengemukakan dan menemukan seluruh harapan, obsesi/mimpi, kenyataan, kekuatan, maupun prote-protesnya dalam kehidupan, sehingga bahasa menjadi vital dalam hidup kit. Bahkan kini menjadi senjata bagi kita karna dapatmenentukan bahkan menguasai seseorang atau sebuah bangsa, hanya dengan berkomunikasi dengan haasa.
Untuk  melihat  bahasa  sebagai alat,  kita  harus  menyugesti diri  bahwa  kita  melakukan segala  hal  dengan  bahasa. Bahasa adalah tindakan dan pembimbing  menuju  tindakan  itu. Bahasa dalam  konteks  penggunaan sosialnya  dapat secara temporer ditetapkan untuk tujuan-tujuan praktis.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hakikat Bahasa Indonesia adalah kemahiran berbahasa Indonesia baik dalam berkomunikasi lisan maupun tertulis yang mencerminkan kesadaran berbahasa sebagai bangsa Indonesia yang telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara.
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah hal yang terpenting di dalam hidup dan bersosial. Karena bahasa manusia dalam mengekspresikan mimpi.



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar